Ekologi Dan Alam
Sekitar
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata
Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas
dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya,
dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu
yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari
bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan
hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat
hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi
mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik.
Lingkup ekologi
Ø
Molekul
Molekul didefinisikan sebagai
sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan dengan sangat kuat
(kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil.
Ø
Sel
Sel merupakan unit organisasi terkecil
yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di
dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secaraautonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya
terpenuhi.Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular
terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.
Ø
Organ
organ adalah kelompok jaringan yang melakukan beberapa fungsi.
Organ hewan secara umum mencakup jantung, paru-paru, otak, mata, lambung, limpa, pankreas, ginjal, hati, usus, kulit, uterus,saluran urin, tulang, dll. Organ tumbuhan biasanya mencakup akar, batang, daun, bunga, dan buahbeserta biji.
Ø
Sistem
Organ
Sistem organ merupakan
bentukkerjasama antar organ untuk melakukan fungsi – fungsi yang lebih kompleks
lagi sehingga proses yang berlangsung didalam tubuh suatu organisme dapat
berjalan dengan baik sesuai aktivitas hidup organisme yang bersangkutan. Dalam melaksanakan
kerja sama ini, setiap organ tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan organ –
organ saling bergantung dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Contoh
sistem organ pada hewan dan manusia antara lain sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem
gerak, sistem reproduksi dan sebagainya.
Ø
organisme
organisme(bahasa Yunani: organon yang berarti alat) adalah kumpulan molekul-molekul yang saling mempengaruhi sedemikian sehingga
berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup. Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya,
yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ø
Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
Ø
Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasiMisalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasiMisalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran
populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika
populasi. Perubahan
ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu.
Ø
Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dalam
komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara
komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Ø
Ekosistem
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Ø
Jaringan
Jaringan dalam biologi adalah
sekumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ.
Asas- asas pengelolaan
lingkungan
Sumber daya alam merupakan
karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa
Indonesia sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu sumber
daya alam wajib dikelola secara bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara
berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Ketersediaan sumber daya alam baik hayati maupun nonhayati sangat terbatas,
oleh karena itu pemanfaatannya baik sebagai modal alam (stock resources) maupun
komoditas (product) harus dilakukan secara bijaksana sesuai dengan
karakteristiknya. Sumber daya alam adalah kesatuan tanah, air, dan ruang udara,
termasuk kekayaan alam yang ada di atas dan di dalamnya yang merupakan hasil
proses alamiah baik hayati maupun nonhayati, terbarukan dan tidak terbarukan,
sebagai fungsi kehidupan yang meliputi fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan ;
Adapun asas-asas yang mencakup
secara jelas mengenai sumber daya alam dalam hal pengelolaan yaitu:
1. Asas tanggung jawab negara
Asas tanggung jawab negara
merupakan perwujudan dari prinsip negara sebagai organisasi kekuasaan
(politik), berkewajiban melindungi warga negara atau penduduknya, teritorial
dan semua kekayaan alam serta harta benda dari negara dan penduduknya. Asas ini
relevan dengan pendapat pakar politik negara Adolf Markel yang mengatakan bahwa
segala yang berbau kepentingan umum harus dilindungi dan dijamin secara hukum
oleh negara. Dewasa ini hampir tidak ada suatu kekuasaan yang tidak diikuti
oleh tanggung jawab dan kewajiban. Sebab bila tidak, hal demikian mengarah
kepada Negara totaliter. Dengan demikian kekuasaan akan diikuti kemudian, baik
dengan kewajiban maupun tanggung jawab, karena keduanya memiliki hubungan
konsekuensi. Dalam sistem pengelolaan lingkungan, negara memiliki kekuasaan
atas semua sumber daya alam, dengan kata lain negara melalui pemerintah
berwenang mengatur, mengendalikan, dan mengembangkan segala hal yang berkenaan
dengan pengelolaan lingkungan. Berangkat dari amanat konstitusi tersebut, telah
terbit berbagai undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan sumber daya
alam, diantaranya yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan
dasar pokok-pokok agraria Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang pemerintahan daerah. Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang penataan ruang, dan masih banyak lagi aturan yang mengatur
lebih terperinci mengenai pengelolaan sumber daya alam.
Sampai saat sekarang pengaturan
tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sudah dilakukan
sejak berdirinya Negara Republik Indonesia. Selain pasal 33 UUD 1945 yang
merupakan ketentuan pokok juga kita mempunyai seperangkat Undang-Undang yang
mengatur tentang hal tersebut Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan
Pokok Agraria, Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan pokok
Kehutanan, kemudian dicabut dan digantikan dengan Undang-undang No. 41 tahun
1999 tentang Kehutanan. Undang-Undang no. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok
Pertambangan yang direncanakan akan diganti dalam waktu yang segera,
Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, berikut seperangkat
ketentuan pelaksanaannya disamping peraturan Perundangundangan lingkungan yang
telah kita sebutkan diatas. Selain itu ditemukan pada seperangkat ketetapan MPR
yang mengatur tentang hal ini seperti TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang
pembaharuan Agraria dan Pengelolaan sumber daya alam.
Sampai saat sekarang pengaturan
tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sudah dilakukan
sejak berdirinya Negara Republik Indonesia. Selain pasal 33 UUD 1945 yang
merupakan ketentuan pokok juga kita mempunyai seperangkat Undang-Undang yang
mengatur tentang hal tersebut Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan
Pokok Agraria, Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan pokok
Kehutanan, kemudian dicabut dan digantikan dengan Undang-undang No. 41 tahun
1999 tentang Kehutanan. Undang-Undang no. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok
Pertambangan yang direncanakan akan diganti dalam waktu yang segera,
Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, berikut seperangkat
ketentuan pelaksanaannya disamping peraturan Perundangundangan lingkungan yang
telah kita sebutkan diatas. Selain itu ditemukan pada seperangkat ketetapan MPR
yang mengatur tentang hal ini seperti TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang
pembaharuan Agraria dan Pengelolaan sumber daya alam.
Kekuasaan yang maha luas yang
dimiliki oleh negara terhadap bumi, air, udara, dan segala sesuatu yang
terkandung di atasnya sesuai asas konstitusional, tentu pula mereflesikan
adanya tanggung jawab yang sangat besar pula, yang dimaksud dalam hal ini bukan
berarti milik negara melainkan untuk mengatur keadilan, keberlanjutan, dan
fungsi sosial sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyatt.
Penguasaan negara juga dimaksudkan untuk menghilangkan pemusatan penguasaan
oleh seseorang atau sekelompok orang atas sumber daya alam, yang dapat
mengancam tercapainya kesejahteraan rakyatt dan hilangnya fungsi sumber daya
alam.
2. Asas manfaat
Asas manfaat, mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Asas manfaat ini
diartikan sebagai sebuah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan
hidup termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi kini serta generasi mendatang.
Asas ini bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata
berdasarkan prinsi kebersamaan dan keseimbangan untuk mencegah terjadinya kesenjangan
ekonomi, konflik sosial, dan budaya.
Namun, dalam kemanfaatan dalam
arti ekonomi dan politik berlum terlalu membawa kemanfaatan bagi masyarakat
khususnya masyarakat adat. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kebijakan
ekonomi, khususnya dalam alokasi dan pengelolaan sumberdaya alam, yang hanya
memihak kepentingan modal ini nyata-nyata telah berdampak sangat luas terhadap
kerusakan alam dan kehancuran ekologis. Korban pertama dan yang utama dari
kehancuran ini adalah masyarakat adat yang hidup di dalam dan sekitar hutan, di
atas berbagai jenis mineral bahan tambang, mendiami pesisir dan mencari
penghidupan di laut. Kebijakan sektoral yang ekstraktif (kuras cepat
sebanyak-banyaknya, jual murah secepatnya) tidak memberi kesempatan bagi
kearifan adat untuk mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan, sebagaimana
yang telah dipraktekkan selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Pengetahuan
dan kearifan lokal dalam mengelola alam sudah tidak mendapat tempat yang layak
dalam usaha produksi, atau bahkan dalam kurikulum pendidikan formal. Dunia farmakologi
tidak mencoba mengangkat kearifan masyarakat adat di bidang tumbuhan obat
sebagai bagian utama bidang perhatiannya. Ramuan tradisional, jamu dan
sejenisnya dianggap sekunder atau malah diremehkan. Padahal telah terbukti
ketika sistem pengobatan modern gagal memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan,
jamu dan teknik-teknik pengobatan tradisional lainnya lalu menjadi alternatif
yang dapat diandalkan.
Selain mengambil alih secara
langsung sumberdaya ekonomi primer berupa tanah dan sumberdaya alam di dalamnya,
pemerintah melalui berbagai kebijakan perdagangan hasil bumi secara sistematis
mengendalikan kegiatan ekonomi masyarakat adat. Pemberian monopoli kepada
asosiasi atau perusahaan tertentu dalam perdagangan komoditas yang diproduksi
masyarakat adat, seperti rotan dan sarang burung walet, telah menempatkan
pemerintah sebagai “pelayan” bagi para pemilik modal untuk merampas pendapatan
yang sudah semestinya diperoleh masyarakat adat.
Di bidang politik, bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat
lainnya sebagai unsur pembentuk Bangsa Indonesia, masyarakat adat menghadapi
situasi yang lebih sulit lagi. Kondisi ini bermuara pada politik penghancuran
sistem pemerintahan adat yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus
sepanjang pemerintahan rejim Orde Baru. Upaya penghancuran ini secara gamblang bisa dilihat dari pemaksaan
konsep desa yang seragam di seluruh Indonesia sebagaimana diatur dalam UU No. 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Sistem desa, dengan segala perangkatnya
seperti LKMD dan RK/RT, secara “konstitusional” menusuk “jantung” masyarakat
adat, yaitu berupa penghancuran atas sistem pemerintahan adat. Akibatnya
kemampuan (enerji dan modal sosial) masyarakat adat untuk mengurus dan mengatur
dirinya sendiri secara mandiri menjadi punah. Mekanisme pengambilan keputusan
yang ada di antara institusi-institusi adat digusur secara paksa sehingga yang
tersisa ditangan para pemimpin adat hanya peran dalam upacara seremonial
semata-mata. Peran pinggiran ini, di hampir seluruh pelosok nusantara, masih
harus di atur, dan dikendalikan oleh Bupati dan Camat dengan menerbitkan Surak
Keputusan (SK)
Kehancuran sistem-sistem adat ini menjadi lebih diperparah lagi
dengan kebijakan militerisasi kehidupan pedesaan lewat konsep pembinaan
teritorial TNI dengan masuknya Bintara Pembina Desa (BABINSA) sebagai salah
satu unsur kepemimpinan desa. Dengan kebijakan-kebijakan ini bisa dikategorikan
bahwa negara telah melakukan pelanggaran hak-hak sipil dan politik masyarakat
adat selama lebih dari 20 tahun, termasuk hak asal-usul dan hak-hak tradisional
yang dilindungi oleh UUD 1945.
Dengan warisan rejim lama yang
demikian maka dalam upaya melakukan revitalisasi nilai-nilai lokal ini yang
harus dilakukan adalah memulihkan kerusakan pranata-pranata sosial masyarakat
adat yang sedemikian parah, sebagai akibat dari sistem desa Orde Baru (UU No. 5
Tahun 1979). Upaya-upaya pemulihan (recovery) terhadap pranata (kelembagaan)
adat/lokal merupakan tantangan terbesar yang harus menjadi prioritas utama bagi
semua pihak yang berpihak pada kearifan tradisional, baik di kalangan
pemerintah maupun dalam elemen-elemen gerakan masyarakat sosial, khususnya
gerakan masyarakat adat di Indonesia.
3. Asas keadilan
Prinsip keadilan meliputi
aspek-aspek kesejahteraan rakyat, pemerataan, pengakuan kepemilikan masyarakat
adat, pluralisme hukum, dan perusak membayar. Asas keadilan ini bertujuan untuk
perwujudan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya alam yang menjamin keadilan
antar dan intra generasi. Asas ini bertujuan untuk mewujudkan perlindungan
hukum bagi masyarakat adat dan masyarakat lainnya dalam pengelolaan sumber daya
alam.
4. Asas keseimbangan
Pengelolaan lingkungan hidup
berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan
manusia. Pengertian pelestarian mengandung makna tercapainya kemampuan
lingkungan yang serasi dan seimbang dan peningkatan kemampuan tersebut. Hanya
dalam lingkungan yang serasi dan seimbang dapat dicapai kehidupan yang optimal.
5. Asas berkelanjutan
Asas berkelanjutan mengandung
makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi
mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi, untuk terlaksananya
kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka kemampuan lingkungan hidup, harus
dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan lingkungan hidup menjadi tumpuannya
dalam meningkatkan pembangunan. Asas berkelanjutan (sustainable principle)
diadopsi dari prinsip ekologi pembangunan berkelanjutan (environmental
sustainable development) yang dihasilkan oleh KTT Rio. Prinsip keberlanjutan
meliputi aspek-aspek kelestarian, kehatihatian, perlindungan optimal
keanekaragaman hayati, keseimbangan, dan keterpaduan. Asas ini betujuan untuk
mewujudkan kelestarian fungsi sumber daya alam yang berkelanjutan.
Konsideran UU No. 23 Tahun 1997
antara lain menjelaskan tentang mengapa kita harus melaksanakan µPembangunan
Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup´ seperti pada pertimbangan huruf
b, bahwa dalam rangka mendaya-gunakan sumberdaya alam untuk memajukan
kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai
kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan
nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi
masa kini dan generasi masa depan.
Permasalahan Keterbatasan SDA
dalam Pembangunan, Bagi Indonesia mengingat bahwa kontribusi yang dapat diandalkan
dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan
adalah dari sumberdaya alam, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam mempunyai
peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik pada masa lalu, saat ini
maupun masa mendatang sehingga, dalam penerapannya harus memperhatikan apa yang
telah disepakati dunia internasional. Namun demikian, selain sumberdaya alam
mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain pihak keberlanjutan
atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati
sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan
mendukung pembangunan dari sektor ekonomi kurang diperhatikan, sehingga ada
kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya
ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan
hidup. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan
sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis
air, krisis energi dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir
seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Indonesia
cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.
Dalam pelaksanaan pembangunan di era Otonomi Daerah, pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam melaksanakan kewenangannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Dalam pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Propinsi mempunyai 6 kewenangan terutama menangani lintas Kabupaten/Kota, sehingga titik berat penanganan pengelolaan lingkungan hidup ada di Kabupaten/ Kota. Dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri No 045/560 tanggal 24 Mei 2002 tentang pengakuan Kewenangan/Positif List terdapat 79 Kewenangan dalam bidang lingkungan hidup.
Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional yang dilaksanakan permasalahan lingkungan hidup yang saat ini sering dihadapi adalah kerusakan lingkungan di sekitar areal pertambangan yang berpotensi merusak bentang alam dan adanya tumpang tindih penggunaan lahan untuk pertambangan di hutan lindung. Kasus-kasus pencemaran lingkungan juga cenderung meningkat. Kemajuan transportasi dan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan.
Sungai-sungai di perkotaan tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga. Kondisi tanah semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat, pupuk maupun pestisida. Masalah pencemaran ini disebabkan masih rendahnya kesadaran para pelaku dunia usaha ataupun kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kualitas lingkungan yang baik.
Dengan kata lain permasalahan lingkungan tidak semakin ringan namun justru akan semakin berat, apalagi mengingat sumberdaya alam dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan yang bertujuan memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kondisi tersebut maka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan ditingkatkan kualitasnya dengan dukungan penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas, sumberdaya manusia yang berkualitas, perluasan penerapan etika lingkungan serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap. Perlu segera didorong terjadinya perubahan cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan melalui internalisasi kedalam kegiatan/proses produksi dan konsumsi, dan menanamkan nilai dan etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial serta pendidikan formal pada semua tingkatan.
Dalam pelaksanaan pembangunan di era Otonomi Daerah, pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam melaksanakan kewenangannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Dalam pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Propinsi mempunyai 6 kewenangan terutama menangani lintas Kabupaten/Kota, sehingga titik berat penanganan pengelolaan lingkungan hidup ada di Kabupaten/ Kota. Dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri No 045/560 tanggal 24 Mei 2002 tentang pengakuan Kewenangan/Positif List terdapat 79 Kewenangan dalam bidang lingkungan hidup.
Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional yang dilaksanakan permasalahan lingkungan hidup yang saat ini sering dihadapi adalah kerusakan lingkungan di sekitar areal pertambangan yang berpotensi merusak bentang alam dan adanya tumpang tindih penggunaan lahan untuk pertambangan di hutan lindung. Kasus-kasus pencemaran lingkungan juga cenderung meningkat. Kemajuan transportasi dan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan.
Sungai-sungai di perkotaan tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga. Kondisi tanah semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat, pupuk maupun pestisida. Masalah pencemaran ini disebabkan masih rendahnya kesadaran para pelaku dunia usaha ataupun kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kualitas lingkungan yang baik.
Dengan kata lain permasalahan lingkungan tidak semakin ringan namun justru akan semakin berat, apalagi mengingat sumberdaya alam dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan yang bertujuan memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kondisi tersebut maka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan ditingkatkan kualitasnya dengan dukungan penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas, sumberdaya manusia yang berkualitas, perluasan penerapan etika lingkungan serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap. Perlu segera didorong terjadinya perubahan cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan melalui internalisasi kedalam kegiatan/proses produksi dan konsumsi, dan menanamkan nilai dan etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial serta pendidikan formal pada semua tingkatan.
Peran Teknologi dalam
Pengelolaan SDA Kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah jika dibandingkan
dengan beberapa negara maju yang ada saat ini, seperti Jepang, Singapura dan
lain-lain, dapat dibayangkan apabila kemampuan meguasai teknologinya lebih maju
maka tentunya akan mampu menjadi salah satu negara yang makmur dengan
masyarakat yang sejahtera sebagai negara maju. Tanpa peran inovasi serta IPTEK,
maka niscaya nilai tambah yang tinggi tidak akan diperoleh dan daya saing
produk pun menjadi lemah. Dimana persaingan saat ini sangat terkait dengan pola
produksi yang mengikuti proses modernisasi yang mengedepankan aspek inovatif,
efektif dan efisien serta kompetitive.
Keadaan empirik tersebut, menjadikan IPTEK sebagai harapan dan orientasi pengembangan Investasi di Indonesia ke masa depan, hal ini dilihat dengan potensi sumber kekayaan alam Indonesia yang masih sangat besar, dan masih akan sangat menjanjikan untuk jangka waktu panjang. Penciptaan dan penerapan teknologi yang sesuai dalam mengupayakan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia akan dapat jauh lebih optimal. Sehingga ’dongeng’ tentang kekayaan alam yang dikandung bumi Indonesia benar-benar akan nampak, sehingga dapat dinikmati dan digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Pembangunan Iptek ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia; untuk penyediaan dan pengolahan sumber daya alam dan energi; untuk pengembangan industri serta pelestarian lingkungan; dan untuk pertahanan dan keamanan. Dengan pengertian bahwa penciptaan, pemanfaatan untuk upaya pengelolaan berbagai potensi sumber daya alam bagi manusia adalah dimaksudkan untuk terjadinya kondisi harmonis yang dapat selaras dengan lingkungan yang pada akhirnya sebagai potensi pengembangan bangsa akan menjadi sumber potensi untuk mendukung kekuatan nasional.
Keadaan empirik tersebut, menjadikan IPTEK sebagai harapan dan orientasi pengembangan Investasi di Indonesia ke masa depan, hal ini dilihat dengan potensi sumber kekayaan alam Indonesia yang masih sangat besar, dan masih akan sangat menjanjikan untuk jangka waktu panjang. Penciptaan dan penerapan teknologi yang sesuai dalam mengupayakan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia akan dapat jauh lebih optimal. Sehingga ’dongeng’ tentang kekayaan alam yang dikandung bumi Indonesia benar-benar akan nampak, sehingga dapat dinikmati dan digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Pembangunan Iptek ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia; untuk penyediaan dan pengolahan sumber daya alam dan energi; untuk pengembangan industri serta pelestarian lingkungan; dan untuk pertahanan dan keamanan. Dengan pengertian bahwa penciptaan, pemanfaatan untuk upaya pengelolaan berbagai potensi sumber daya alam bagi manusia adalah dimaksudkan untuk terjadinya kondisi harmonis yang dapat selaras dengan lingkungan yang pada akhirnya sebagai potensi pengembangan bangsa akan menjadi sumber potensi untuk mendukung kekuatan nasional.
Kehadiran teknologi
knowledge-based expert system yang fokus pada pemrosesan pengetahuan (knowledge
processing), merupakan suatu paradigma baru di dalam memberi solusi pengelolaan
sumberdaya alam.Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi di dalam
pengelolaan sumber daya alam, khususnya di negara kita.
Maka tidak ada pilihan lain
kita harus segera menguasai dan mengembangkan teknologi yang mampu memberikan
solusi nyata. Teknologi berbasis pengetahuan (knowledge-based expert system)
dengan berbagai kehandalannya merupakan suatu terobosan baru yang mampu memberi
nilai tambah di dalam pengelolaan sumber daya alam secara lebih baik.
Dampak dari kemajuan teknologi komputer yang mampu menggantikan tugas manusia di era intelijensi ini tidak akan mengurangi lapangan pekerjaan, bahkan sebaliknya akan membuka lapangan kerja baru yang lebih efisien. Bermimpi tentang kehebatan teknologi expert system sudah waktunya dihentikan, sekarang mimpi itu harus segera diwujudkan dengan melakukan kajian-kajian di dalam pengembangan teknologi ini sebagai suatu paradigma baru di dalam pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia.
Dampak dari kemajuan teknologi komputer yang mampu menggantikan tugas manusia di era intelijensi ini tidak akan mengurangi lapangan pekerjaan, bahkan sebaliknya akan membuka lapangan kerja baru yang lebih efisien. Bermimpi tentang kehebatan teknologi expert system sudah waktunya dihentikan, sekarang mimpi itu harus segera diwujudkan dengan melakukan kajian-kajian di dalam pengembangan teknologi ini sebagai suatu paradigma baru di dalam pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia.
Telaah :
Ekologi merupakan ilmu pengetahuan
tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan
antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka
hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut.
Jadi ekologi itu bisa disebut ilmu yang
mempelajari sebuah ekosistem yang berada di sekitar kita. Dan ekosistem juga
bisa disebut suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Oleh karena
itu kita harus menjaga ekosistem lingkungan disekitar kita karna apabila
ekosistem tersebut rusak maka kita juga akan terkena dampaknya dan juga mahluk
hidup yang terdapat di ekosistem tersebut akan punah bila kita tidak
melestarikan dan saling menjaga.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar